Pendakian Perdana di Gunung Ciremai
05 September 2014 15:36 Demi Pertiwi No Comments!
Mendaki gunung merupakan salah satu hobi yang kian hari kian marak dan banyak digemari. Kegiatan pendakian gunung, sebagaimana kegiatan di alam bebas lainnya, selalu penuh petulangan yang menantang, bahkan terkadang ekstrim. Pendakian gunung merupakan tantangan tersendiri bagi setiap orang. Sebagian orang yang mampu dan berhasil mencapai puncaknya pun butuh perjuangan yang luar biasa. Demi mendapatkan indahnya lautan di atas awan. Sungguh Maha Besar Tuhan yang Menciptakan keindahan itu. Rasa syukur, bisa merasakan hidup bebas di alam-Nya yang luas itu.
Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan dan Desa Apuy di Kab. Majalengka, Jawa Barat. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ciremai. Kita sepakat memilih jalur Palutungan karna biasa dilewati para pendaki pemula. Pendakian Gunung Ciremai ini pertama dan pengalaman pertamaku melewati jalur Palutungan. Mendaki dengan 9 orang di tanggal 29 Juni 2014 di puncak tertinggi Jawa Barat, bersama komunitas SAMPAN. Tepat tanggal 29 Juni pukul 09.00 WIB, perjalanan di mulai. Sungguh masih belum bisa aku bayangkan perjalanan yang nanti nya kita lewati. Rasa lelah dan haus yang tentu kita rasakan sepanjang jalan. Dengan penuh semangat kita terus membangun tenaga, menyatukan tujuan untuk mencapai puncak nya.
Keindahan alam Gunung Ciremai memang masih begitu nampak dari ketinggian 1087 mdpl. Hutan di sekitar gunung itu masih terjaga kebersihannya. Pemukiman penduduk sekitar gunung Ciremai terlihat lebih indah dari atas. Terik matahari yang semakin tinggi dan berada di atas kita tak begitu menyengat tubuh. Karna semakin masuk ke dalam hutan maka semakin sejuk udaranya . Terdengar suara kicauan burung bersaut-sautan. Tak jarang para pendaki lain berpapasan dan saling menyapa dengan ramahnya. Semakin lama perjalanan semakin melelahkan. Persediaan air dari bawah ternyata tinggal sedikit, tujuan pertama yang di tuju adalah Cigowong Pos 2 dari pendakian pertama. Di situlah sumber air satu-satunya hingga nanti sampai puncak. Karena tak ada sumber air lagi di atas nanti. Hanya 1 tempat yang kemunkinan masih ada sumber air yaitu Goa Walet. Namun kita tetap mempersiapkan beberapa liter air untuk cadangan minum. Makanan seadanya yang ada disantap untuk cadangan tenaga nantinya. Udara dingin di Pos 2 sudah terasa dingin menusuk tulang. Sehingga perjalanan dilanjutkan, karena semakin sering memberhentikan perjalanan maka udara dingin semakin terasa. Tak lupa di setiap langkah kaki terselip doa, harapan dan impian.
Pos demi pos terlewati sudah, tak terasa hari semakin gelap. Rasa lelah semakin terasa, sehingga kita mendirikan tenda sehabis Pos ke 3. Sebagian memasak untuk makan malam. Tepat didirikannya tenda diketinggian 2.809 mdpl, suhu semakin terasa dingin dan oksigen yang dihirup juga semakin berkurang.
Keesokan harinya, perjalanan pun dilanjutkan. Perjalanan menuju Puncak Ciremai memang tinggal sedikit namun karena suhu yang dingin dan medan yang curam membuat langkah kita sedikit pelan, demi keselamatan bersama. Di sepanjang jalan setapak itu penuh dengan risiko, berada di antara jurang. Medan bebatuan pun mulai kita jumpai, pepohonan pun sudah terlihat lebih pendek, itu pertanda Puncak Ciremai tinggal beberapa meter lagi. Tiba di dua percabangan jalur yaitu jalur Apuy dan jalur Palutungan (Simpang Apuy) kita berhenti sejenak untuk beristirahat. Selang beberapa menit kemudian kita melanjutkan perjalanan untuk ke puncak. Barang – barang yang tidak terlalu penting ditinggal di simpang Apuy. Karna medan nya sudah batu – batu terjal, jadi tidak memungkin kita membawa nya katas puncak. Tepat pukul 09.00 kita sudah sampai diatas puncak Ciremai. Rasa bangga berdiri di atas ketinggian 3078 mdpl, melihat awan yang bergerak di bawah ku seolah-olah membuatku merasa berada di atas awan. Tak henti - henti aku mengagungkan kuasa-Nya dan berucap syukur karena telah diizinkan untuk berada disana.
Tak lupa aku mengabadikan nya dengan video dan foto-foto. Kami pun beristirahat sejenak. Tepat pukul 11.00 WIB, kita turun melewati jalur Apuy. Letih dan lelah pun terasa saat perjalanan pulang. Persediaan air pun habis, hanya sisa-sisa yang bisa kita minum. Beberapa pos telah kita lewati, dan tibalah di pos pertama. Rasa syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena diberikan keselamatan dan kesehatan semua rombongan kita. Selamat sampai tujuan dan kembali sampai tujuan pula. Gunung Ciremai yang terkenal dengan daya mistisnya ternyata memiliki keindahan yang luar biasa. Kawasan hutan hujan, track vertikal yang curam, Goa Walet, hamparan Padang Edelweis, kawah di puncaknya, belum lagi pemandangan yang luar bisa indah dari puncaknya, benar-benar pesona alam sang Maha Kaya.
Berikut foto – foto nya, selamat berbagi: ?